Sabtu, 12 Oktober 2013

Atlit-atlit Dengan Organ Palsu yang Meng-Inspirasi

Orang-orang ini tak dianugerahkan dengan fisik yang sempurna seperti kita. Namun semua hal tersebut tak membuat mereka menyerah dari keadaan. Disela keterbatasannya, mereka justru menunjukkan prestasi luar biasanya. Seperti dalam kisah inspirasi berikut tentang "Atlit-atlit Dengan Anggota Tubuh Prostetik yang Menginspirasi berikut"..

Penggunaan anggota tubuh palsu dalam kedokteran telah membantu banyak pasien selama ribuan tahun untuk menjalani kehidupan yang lebih nyaman. Anggota tubuh palsu juga sering dianggap sebagai penolong bagi mereka penyandang cacat, karena dengan penggunaan anggota tubuh prostetik, mereka dapat menjalani kehidupan seperti orang normal kebanyakan bahkan dapat bersaing di Dunia. Untuk atlet yang telah kehilangan salah satu anggota tubuhnya, anggota tubuh prostetik ini mungkin sangat penting karena bisa membantu mereka melewati setiap latihan dan pertandingan olahraga. Ada banyak para penyandang cacat yang tak mau menguburkan mimpinya untuk menjadi seorang atlit, bahkan mereka dapat menjadi inspirasi bagi orang normal kebanyakan. Berikut para atlit yang tetap semangat meski mengandalkan anggota tubuh prostetik:

1. Heroic Hugh Herr


kisah kisah inspirasi terbaik
Heroic Hugh Herr adalah seorang atlit pemanjat tebing. Kakinya telah diamputasi akibat kecelakaan saat mendaki yang terjadi ketika Ia remaja. Namun Herr tetap bersemangat dan yakin bahwa ia tetap dapat menaklukan tebing.Telah banyak tebing yang berhasil IA panjat henya dengan menggunakan kaki prostetik. Dalam aksi aksi pendakian terbarunya, salah satu kaki prostetik Herr sempat lepas dari abggota tubuhnya, Namun dengan santai dan sabar, Herr menarik kaki prostetik dan memasangnya kembali di kakinya yang tersisa.

2. Oscar Pistorius

kisah kisah inspirasi terbaik
Oscar tak pernah malu, walau kakinya harus diamputasi. Telah banyak pertandingan pada cabang olah raga lari yang diikutinya, bahkan diantaranya menghasilkan medali emas. Meski tak dapat lolos dalam final olimpiade lari 400 meter, Pelari asal Afrika Selatan ini telah menjadi panutan bagi warga Dunia.

3. Scott Schroeder


kisah kisah inspirasi terbaik
Scott harus kehilangan kakinya setelah insiden pemboman di tepi jalan Afganistan. Hanya sepertiga bagian paha yang tersisa untk ia dapat berjalan. Tapi, Scott memilih untuk tetap menjalani rutinitasnya sebagai penyelam. Untuk menyelam, Scott memakai sirip khusus yang pasangkan dikakinya. Sehingga Ia dapat menjelajahi dunia bawah laut.

4. Bob Radocy


kisah kisah inspirasi terbaik
Dalam bermain basket, tangan tentu saja memegang peranan yang paling penting. Dengan menggunakan tangan palsu prostetik Bob membuktikan, bahwa Ia tetap bisa memasukkan bola kedalam keranjang.

5. Aimee Mullins


kisah kisah inspirasi terbaik
Berani, kuat, dan inspiratif, tiga hal itulah yang sangat melekat pada wanita ini. Aimee adalah seorang atlet Paralympian, aktris, dan model. Tak seperti kebanyakan atlit yang harus kehilangan anggota tubuhnya karena kecelakaan, Aimee telah kehilanggan kakinya sejak ia lahir. Ia difonis menderita Fibula Hemimelia pada salah satu kakinya. Saat berumur dua tahu, Aimee telah sangat lihai menggunakan kaki palsunya. Dan menghabiskan masa kecilnya dengan berenang, bersepeda, sepakbola, dan olah raga lainnya bersama anak-anak normal lainnya.

  • Foto dan Kisah diambil dari  http://uniqpost.com/46587/atlit-atlit-dengan-anggota-tubuh-prostetik-yang-menginspirasi/
  • Foto Aimee Mullins dari http://www4.picturepush.com/photo/a/5360702/480/Aimee-Mullins/0326-aimee-mullins-g3.jpg?v0

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur

kisah inpirasi .com ~ Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

kisah inspirasi
Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!

Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu

kisah diambil dari http://myquran.org/forum/index.php/topic,82145.0.html di posting oleh andy swan
gambar dari http://mathedu-unila.blogspot.com/2010/07/gambar-uang-10-ribu-baru.html
-->

Kisah Petani Jagung

Kisah Petani Jagung, yang di cuplikan dari Fiksi buku Sepatu Terakhir.  Novel Inspiratif terbaru 2013 dari Republika.  Dapatkan di Gramedia & Toko Republika

Ayah adalah tipe pebisnis yang membuatku tak habis pikir. Jika kebanyakan orang berbisnis, tak ingin membagi resep rahasia, ataupun ilmu utamanya, Ayah justru sebaliknya. Ayah tak pernah pelit untuk berbagi ilmu, dari sekian pegawai yang dimilikinya, semuanya diajarinya untuk membuat sepatu. Tak ada satupun ilmu yang ia sembunyikan. Tak hanya itu, didorongnya mereka untuk lepas dan mandiri dari ayah.

Aku dan Mas Agus waktu itu sampai terheran-heran. Mendidik pegawainya untuk mandiri bukankah justru akan melahirkan pesaing baru bagi usaha Ayah?

Ayah menjelaskan konsepnya dengan satu kisah sederhana. Kisah yang masih aku ingat sampai sekarang.
“Bapak pernah cerita ke kalian tentang kisah seorang petani jagung yang berhasil?”
Aku dan Mas Agus hanya menggeleng.

“Alkisah ada seorang petani jagung yang sangat sukses.”, Ayah berhenti mengambil nafas sejenak.
Aku dan Mas Agus pasang telinga, antusias mendengarkan.

Dengan nada layaknya seorang pendongeng ia melanjutkan, “Di negerinya, setiap tahun diadakan kontes jagung, untuk mencari petani mana yang menghasilkan jagung terbaik. Petani sukses tadi, dia sering memenangkan kontes jagung tersebut. Tak hanya sekali, namun berkali-kali dan boleh dikata, setiap kontes jagung diadakan petani inilah pemenangnya. Kalian tahu rahasianya?” Tanya Ayah ke arah kami.

“Pupuk rahasia?”, Mas Agus coba mejawab.
 “Bukan, bukan itu rahasianya. Suatu waktu seorang wartawan bertanya pada petani sukses ini, apa formula rahasianya dia bisa memenangkan kontes jagung tersebut sampai berkali-kali. Si petani menjawab, 'tak ada formula rahasia, aku hanya membagikan benih-benih jagung terbaikku kepada petani tetangga-tetanggaku”

“Lho, benih  jagung terbaiknya kok malah diberikan ke tetangga? Tapi kok dia yang menang? Aneh!”, tanyaku.

“Itu dia kuncinya”, Ayah tersenyum. “Alin di sekolah sudah belajar IPA kan? Tentang tanaman yang punya serbuk sari dan putik?”

“Sudah” jawabku sambil mengangguk.
“Kita tahu bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak, lalu menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain.”, tangan ayah bergerak-gerak bak seorang pendongeng.

“Coba bayangkan Jika tanaman jagung tetangga buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang petani sukses ini pun juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagungnya.”
Kakakku manggut-manggut mulai paham.

Ayah melanjutkan “Sebaliknya jika tanaman jagung tetangga baik, maka serbuk sari yang dibawa angin dari ladang jagung mereka akan baik pula, disinilah bila kita ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, kita harus menolong tetangga kita untuk mendapatkan jagung yang baik pula.

“Begitu pula dengan hidup kita Nak. Jika kita ingin meraih keberhasilan, maka kita harus menolong orang sekitar menjadi berhasil pula. Mereka yang ingin hidup dengan baik harus menolong orang disekitarnya untuk hidup dengan baik pula. “, Ayah menutup ceritanya dengan bijak. 

Sumber : Sepatu Terakhir, Novel Inspiratif
Gambar : dari http://www.agmrc.org/

Kisah Sebuah Tes Tulis Lamaran Kerja

Kisah ini saya dapatkan di status facebook salah seorang sahabat saya. Saking inspiratifnya, saya tergerak untuk segera tuliskan ulang dan hadirkan untuk Anda.
Dikisahkan suatu waktu di Indonesia, ada sebuah perusahaan yang melakukan rekrutmen untuk sebuah posisi. Perusahaan tersebut perusahaan besar, yang sampai sekarang pun namanya insya Allah masih cukup dikenal di Indonesia. Pelamar untuk posisi tersebut terbilang besar, sekitar 2000-an orang. Namun hanya 1 orang yang akhirnya diterima bekerja disana.

Dalam proses rekrutmen, perusahaan tersebut memberikan sebuah tes tertulis. Isi tes tertulisnya, adalah sebuah kasus untuk dijawab oleh calon karyawannya. Berikut kasus dalam tes tulis. 

-----------

Anda sedang mengendarai motor ditengah malam yang hujan, ditengah jalan Anda melihat 3 orang sedang menunggu kedatangan angkot :
- Seorang nenek tua yang sangat lapar.
- Seorang dokter yang pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya.
- Seseorang special yang selama ini menjadi idaman hati Anda.

Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk dibonceng, siapakah yang akan Anda ajak ? 
Dan jelaskan mengapa Anda melakukan itu!!

-----------

Jika Anda ikut dalam proses rekrutmen tersebut, kira-kira jawaban Apa yang akan Anda berikan?
Jangan scroll kebawah sebelum Anda memberikan jawaban Anda.










Serius, jawablah dulu, baru kita lihat jawaban yang diterima.






 dari 2000an pelamar & jawaban, hanya 1 yg diterima, Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat :

"Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa nenek tua tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal disana dengan sang idaman hati untuk menunggu angkot."

Dan diterimanyalah ia serta langsung mendapat kualifikasi smart & brilliant employee 

Lepas dari nilai non-syari terkait khalwat-nya, Bagi saya pribadi, hikmah yang bisa saya petik adalah kita dapat melakukan sebuah efisiensi pekerjaan yang menyenangkan. Syaratnya hanyalah kita mau berkorban lebih untuk mendapatkan sesuatu yang insya Allah lebih besar. 

Kalau kamu? inspiratif Apa yang bisa kamu petik?

---
Cerita dari Facebook,
-gambar dari darlawrites.com-

Belajar dari Lelucon

Thomas Paine, seorang negarawan Amerika pernah mengatakan, ".... Dipuji dan ditertawakan itu kerap kali begitu dekat kaitannya hingga sulit dikelompok-kelompokkan secara terpisah. Satu langkah saja di atas pujian sudah membuatnya jadi bahan tertawaan. Begitu pula satu langkah di atas yang ditertawakan dapat membuatnya menjadi di puji lagi.

Anda tahu tentang cerita detektif terkenal, si Sherlock Holmes dan temannya Watson?
Memang kisah jenaka yang sering kita dengar antara Sherlock Holms dan Watson di bawah ini bisa dibilang sekedar lelucon. Tapi bisa jadi moral ceritanya justru mau menunjukkan apa yang dimaksudkan oleh Thomas Paine di atas.

Pernah dengar? Suatu sore Sherlock Holmes dan asisten setianya Watson sedang berkemah di tengah ekspedisinya. Setelah menyelesaikan makan malamnya, kedua orang ini lantas masuk dan tidur nyenyak di dalam tendanya.
Tengah malam tiba-tiba Holmes membangunkan sang asisten.
"Watson, bangun! Coba katakan yang kau lihat?"
Sambil mengucek-ucek mata Watson lantas melihat ke atas langit malam, "Aku melihat bermiliar-miliar bintang."
"Lantas apa arti semua itu" sergah Holmes.
"Miliaran bintang itu pertanda adanya potensi terbentuknya jutaan planet," jawab Watson. "Namun waktu kalau berdasarkan posisi Bulan, saat ini mendekati pukul 05.00 subuh."
"Apa lagi?" desak sang Bos.
"Ah, aku masih ngantuk dan capek. Kalau menurut kami sendiri, apa arti semua itu?"
Yang ditanya terdiam sejenak. Lalu menjawab, "Watson Sayang! Artinya ada maling mencuri TENDA kita!"

Sahabat, terkadang, sekali bahkan lebih, dalam hidup ini kita juga seperti Watson.
Anda pernah mengalami kejadian seperti Watson? ditunggu ceritanya... :)
---
diambil dari majalah Intisari, Agustus 2004
foto dari http://uratex.com.ph/blog/wp-content/uploads/2011/05/Camping.jpg

Karena Ukuran Kita Tak Sama

Oleh Salim A. Fillah       
"seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
    memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
    memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
    kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi"

Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.

Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,

“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”

Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.

”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,

“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”

Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.

kisah inspirasi
”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.

“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.

”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”

“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“

“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”

Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,

”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”

‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.

‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.

‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.

Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.

Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.

“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.

“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”

“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.

Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.

Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.

Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.

Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”

sepenuh cinta,
Salim A. Fillah

Foto-foto Inspirasi : Indahnya Sholat

Berikut adalah galeri Kumpulan Foto-foto Inspirasi tentang Sholat...

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 
(Q.S At Taubah 71)



























foto-foto inspirasi tentang indahnya sholat diatas diambil dari berbagai sumber

Puerto del Suspiro del Moro

Ada sebuah tempat di Spanyol yang diberi nama seperti judul tulisan ini, Puerto del Suspiro del Moro. Di telinga kalimat di atas terdengar indah mendayu, namun sesungguhnya, kisah yang terkandung dalam kalimat ini sungguh pilu. Puerto del Suspiro del Moro berarti Napas Terakhir Orang Moor atau terjemahan populernya berbunyi Tarikan Napas Terakhir Seorang Muslim.

Puerto del Suspiro del Moro adalah nama sebuah tempat. Tepatnya sebuah gunung. Tempat ketika rombongan Sultan Muhammad XII, khilafah terakhir kesultanan Granada berhenti dan melayangkan pandangan sedih ke arah Istana Alambra yang terpaksa ditinggalkannya karena Ratu Isabella dan Raja Ferdinand mengusir mereka. The last Sultan itu dipaksa mengangkat kakinya.

Sultan Abu Abdillah Muhammad, atau yang bergelar Sultan Muhammad XII berhenti, matanya menerawang, dari pelupuknya menetes air mata penyesalan. Selama 800 tahun Islam memerintah dan melayani Granada, kini dia menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kehancurannya. Ketika menangis di pucuk bukit, sang ibu menegurnya, “Kini kau menangis seperti perempuan. Padahal kau tak pernah memberikan perlawanan seperti seorang laki-laki.”

kisah-kisah inspirasi terbaik
Kemudian rombongan ini menuju Maroko, tempat pembuangan keluarga Sultan. Karena itu, tempat rombongan ini terdiam, berdiri dan menatap untuk terakhir kalinya Istana Alhambra disebut Puerto del Suspiro del Moro yang berarti Tarikan Napas Terakhir Orang Muslim. Kisah ini pernah ditulis oleh Salman Rushdie dalam novelnya berjudul The Moors Last Sigh. Dan tentu saja, Salman Rushdie menulisnya dengan perspektif dan sudut pandangnya sendiri.

Air mata itu bermula dengan kisah kecil kerjasama yang pernah terjalin antara Sultan Muhammad XII dengan Ratu Isabella dan juga Raja Ferdinand. Jauh sebelum singgasana itu goyah, jauh sebelum pengkhianatan itu tiba, mereka memiliki hubungan yang entah bisa disebut apa.

Puncaknya, 2 Januari 1492, Granada harus diserahkan oleh Sultan Muhammad XII kepada Ratu Isabella dan Raja Ferdinand yang telah menang setelah mengadu domba dua bersaudara. El Chico, begitu orang-orang Spanyol menyebut Sultan Muhammad XII, artinya yang kecil. Beberapa di antaranya, bahkan memberi gelar el zogoybi yang berarti dia yang kurang beruntung. Sebutan-sebutan itu adalah gambaran kecil untuk membangun kecemburuan sang sultan terhadap saudaranya, yang ternyata dipilih oleh sang ayah untuk menggantikan dan menduduki tahta.

Kekuasaan selalu menyimpan seribu misteri dan segala konspirasi. Tak ada yang lurus dan lempang di dalam bahasa politik. Lain yang disebut, lain pula yang direncanakan. Lain yang direncanakan, beda pula yang dijelaskan. Ratu Isabella dan Raja Ferdinand yang awalnya seolah berpihak dan akan membantu Sultan Muhammad II untuk meraih tahta, kini berbalik arah menggulingkannya. Dan segalanya, berawal dari rasa kepemilikaan atas sebuah klaim kekuasaan.

Dan ketika kesadaran itu datang, kejadian-kejadian sudah terlalu liar untuk dikendalikan. Pengkhianatan Isabella dan Ferdinand sudah terlalu dalam untuk dicarikan penawar, apalagi dikalahkan. Betapapun gigihnya pasukan pasukan Kesultanan Andalusia melakukan perlawanan, kekuasaan Islam yang sudah bertapak lebih dari 800 tahun berakhir dengan mengenaskan.

Pada 2 Januari 1492, pasukan dari dua kerajaan Iberia Kuno, Aragon dan Castille berhasil merebut dan mengalahkan kota-kota Islam di Spanyol, termasuk Granada.Pemimpin dua kerajaan tersebut, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella bersatu dalam sebuah pernikahan yang membuat keduanya diberi julukan The Catholic Kings. Hari itu bendera dan panji-panji Kristen dikibarkan di seluruh tembok kota Granada.Gema lonceng terdengar di seluruh penjuru kota, pasukan Kristen merayakan kemenangan besarnya.

The Catholic Kings mengeluarkan perintah dan memberikan pilihan kepada umat Islam dan Yahudi di wilayah taklukkan untuk masuk Kristen atau diusir. Faktanya, banyak sekali yang masuk dan memeluk Katholik, karena takut dibunuh. Dan yang selamat melahiran diri keluar dari Andalusia. Sejak saat itu, Eropa menjadi daerah bebas Muslim sampai beberapa abad kemudian. Dan ini adalah sisi gelap dari peradaban Barat Kristen yang sangat biadab.

Pada tahun yang sama, 31 Maret, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengeluarkan Edict of Expulsion atau perintah pengusiran bagi warga Yahudi.Warga Yahudi diberi dua pilihan, dibaptis menjadi Kristen atau diusir keluar dari Andalusia. Negeri ini, selama berpuluh tahun telah menjadi surga dunia untuk warga Yahudi. Karena di bawah pemerintahan Islam, hidup mereka terjamin dan peradaban mereka berkembang, mereka dilindungi dan diberi kesempatan untuk menjalankan apa yang mereka yakini oleh pemerintahan Muslim Andalusia. Setelah keluarnya Edict of Expulsion, ada banyak Yahudi yang masuk Kristen dengan cara terpaksa. Sebanyak 80.000 orang Yahudi melarikan diri ke Portugal dan 50.000 lagi mencari suaka di wilayah baru Islam, Khalifah Utsmani di Turki.

Di Turki, mereka disambut dengan baik dan mendapat perlindungan dari pemerintahan Muslim. Tapi di Andalusia, mereka diburu untuk dibunuh.

Untuk menggambarkan betapa beratnya pembantaian yang dialami kaum Yahudi saat itu, ada angka yang bisa ditelusuri. Pada tahun 1483 saja, di wilayah ini menurut laporan Komandan Inkusisi Spanyol, Fray Thomas de Torquemada, telah terbunuh sebanyak 13.000 kaum Yahudi di Spanyol. Setelah itu selama puluhan tahun, Yahudi dikejar-kejar dengan rasa penuh ketakutan. Puncak dari masa kegelapan itu jatuh pada tahun 1492, saat The Chatolic Kings memberikan pilihan sulit untuk kaum Yahudi. Dibaptis paksa atau pergi meninggalkan Eropa. Pilihan terakhirlah yang diambil, hanya dalam hitungan bulan saja, sejak April hingga Agustus 1492, sebanyak 150.000 warga Yahudi yang meninggalkan Spanyol. Dan salah satu tujuan utama mereka adalah wilayah Khilafah Utsmani yang bersedia memberikan perlindungan

Tapi yang menarik adalah, semua peristiwa pembantaian yang menimpa umat Islam dan kaum Yahudi akibat kebijakan-kebijakan yang muncul setelah dua pemimpin Katholik, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Pernikahan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella sebetulnya dirancang dan diatur oleh seorang Yahudi bernama Abraham Senior dari Segovia.

Abraham Senior sangat berpengaruh dalam seluruh kebijakan Ratu Isabella. Karena keberhasilan yang ia dapat atas nasihat dan saran politik dari Abraham Senior, sebagai rasa terima kasih Ratu Isabella memberikan jabatan Kepala Penarikan Pajak kepada Abraham Senior. Bahkan kerajaan atas keputusan Ratu Isabella menganugerahkan gelar Rabbi de la Corte atau Rabbi Kerajaan.

***

Dulu, ketika menyeberang Selat Gibraltar, pasukan yang dipimpin Tariq bin Ziyad masuk dengan gagah berani dan kepala yang tegak menantang. Di bakarnya kapal-kapal agar pasukan tak memikirkan cara untuk pulang. Kalah bukan pilihan. Maju terus dan meraih kemenangan.

Tariq bin Ziyad masuk ke wilayah ini dengan membawa tentara sebesar 7.000 pasukan. Sebagian besar pasukan ini adalah bangsa Barbar, sangat sedikit pasukan keturunan Arab, kurang lebih ada 300 orang dan ada sekitar 700 Muslim kulit hitam yang bergabung dari benua Afrika. Ketika mendarat di negeri Andalusia, Tariq bin Ziyad memerintahkan pasukannya untuk membakar dan memusnahkan kapal mereka. Hal ini menunjukkan tekad Tariq yang tak akan kembali ke negeri asal. Baginya tidak ada pilihan, kecuali menang.

Bulan Rajab tahun 92 H atau 30 April 711 M, pasukan Muslimin berangkat dari Ceuta. Mereka mendarat di gunung batu bernama, Mount Calpe. Tempat ini kelak lebih dikenal dengan sebutan Jabal al-Fatah oleh kaum Muslimin yang berarti gunung kemenangan. Tapi secara internasional, gunung ini dikenal sebagai Jabal Tariq atau lebih disebut dengan Gibraltar. Kemudian, pasukan diberangkatkan ke Andalusia.

Saat berada di atas kapal dalam perjalanan antara Ceuta dan Gibraltar, Tariq tertidur. Di dalam tidurnya itu ia bermimpi melihat Rasulullah Saw beserta para Sahabat Muhajirin dan Anshar. Mereka semua memegang pedang dan menyandang busur panah. Ia mendengar Nabi Saw berkata kepadanya, ”Kuatkan dirimu wahai Tariq! Tuntaskan apa yang menjadi misimu sekarang ini.” Kemudian ia melihat Rasulullah saw dan para sahabatnya pergi memasuki Andalusia.

Kota yang ditaklukkan pertama kali adalah Cartagena. Setelah itu, kota-kota lain segera menyusul dengan kekalahan bangsa Visigoth. Dan inilah cikal bakal peradaban Islam di Eropa yang kelak sangat mewarnai kebangkitan beradaban Barat. Kelak peradaban Islam yang diretas oleh Tariq bin Ziyad ini melahirkan orang-orang seperti Ibnu Rushd atau yang dikenal Barat dengan nama Averoes (1126-1198). Filsuf yang sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran dunia Barat. Juga lahir tokoh seperti Az Zahrawi yang lahir di Cordoba dan ia sangat dikenal sebagai manusia pertama yang memperkenalkan teknik operasi bedah. Ensiklopedi tentang teknik pembedahan menjadi rujukan dunia kedokteran di Barat. Ada pula Az Zarkalli, astronom Muslim yang memperkenalkan pengetahuan astrolobe, sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur jarak sebuah bintang dari horizon bumi yang dijadikan navigasi dalam transportasi laut.

Bahkan, Ajip Rosidi, sastrawan Indonesia dalam kata pengantarnya pada buku M. Natsir Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah dengan jernih mengatakan, “Peradaban Yunani pun mungkin akan tenggelam kalau saja tidak diselamatkan melalui penerjemahan ke dalam bahasa Arab oleh sarjana-sarjana Islam di bawah para khalifah yang sangat mendorong kemajuan ilmu,  karena pada dasarnya Islam memang tidak menghalangi kemajuan ilmu, melainkan mendorongnya tanpa batas. Bahkan juga para sarjana Barat mendapat kesempatan yang sama dalam istana-istana para khalifah di Baghdad dalam usaha memperkembangkan ilmunya dengan para sarjana Islam sendiri.”

Barat, Eropa khususnya, tanpa sentuhan peradaban Islam, mungkin akan lain ceritanya dan tidak seperti sekarang. Sejarawan Barat, Charles Singer dalam bukunya Short History of Medicine memberikan gambaran betapa dunia kedokteran di Barat pada abad pertengahan sangat kacau dan terbelakang.

“Anatomy and physiology perished. Prognosis was reduced to an absurd rule of thumb. Botany became a drug list. Superstitius practices crept in, and Medicine deteriorated into collection of formulae, punctuated by incantations. The scientific stream, which is its lifeblood, was dried up at its source.” (Ilmu anatomi dan fisiologi (di Barat) telah hancur. Diagnosa satu penyakit ditentukan dengan bermacam-macam cara dan terkaan dengan melihat jempol. Ilmu tumbuh-tumbuhan hanya tinggal kerangka. Praktik tahayul telah menyelinap dimana-mana. Derajat ilmu kedokteran telah turun, dan menjadi hanya seperti kumpulan mantera, juga sihir. Ilmu pengetahuan yang menjadi darah dan nyawa (bagi ilmu kedokteran) telah kering dari sumbernya.)

M. Natsir dalam makalahnya yang berjudul Eropa dalam Abad Pertengahan. Pada periode tertentu, Barat adalah peradaban yang dibangun dengan cara menerjemah ilmu-ilmu yang telah diabadikan oleh ulama dan ilmuwan Islam dari berbagai sumber. M. Natsir menyebutnya sebagai Zaman Terjemahan:

“Sebagaimana Baghdad dalam abad ke-8 M, begitu pula Toledo pada abad ke-12 M. Sebagaimana dulu Khalifah al Ma’mun mendirikan satu Baitul Hikmah, sebuah badan ulama-ulama (dewan ulama) dengan al Hujaj bin Mathar, Ibnu Bathriq dan lain-lain, untuk menterjemahkan segala maca ilmu dari Persia, India, Suria dan Yunani ke dalam bahasa Arab. Begitu pula Arcibishop Raymond menanam satu badan penyalin di bawah badan Artsdeken Dominicus Gundisalvus, untuk menerjemahkan bermacam-macam ilmu yang telah dikumpulkan oleh pujangga-pujangga Muslimin dari bahasa Arab ke bahasa Latin.

Dahulu, Hunain ibnu Ishaq yang mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu falsafah, hisab dan ilmu alam ke bahasa Arab, maka sekarang Gerard van Cremona yang mengumpulkan pusaka Hunain, dan menyalin hampir semua ke bahasa Latin.

Pun dari kalangan Yunani banyak ulama-ulama yang cakap berbahasa Arab dan Latin, sangat berjasa dalam zaman terjemah ini. Salah satu dari mereka adalah Faraj ibnu Salim (atau Ferragut van Girgenti) yang telah menerjemahkan buku al Hawi dari Abu Bakar Razi dengan nama Liber Continens. Pekerjaan ini ialah memakan waktu tak kurang dari seperdua dari umur manusia yang biasa. Gerard van Cremona (1114) berjumpa di Toledo buku Ptolomeus yang bernama al Magest dalam bahasa Arab terjemahan dari Yahya bin Khalid al Barmaki. Itulah yang diterjemahkan ke bahasa Latin (tahun 1173) dan menjadi pokok dari terjemahan-terjemahan ke bahasa-bahasa di Eropa Barat.

Buku-buku ilmu kedokteran Yunani dari Hipocrates dan Galen diterjemahkan Gerard van Cremona dari terjemahan Hunain bin Ishaq. Selainnya dari itu kitab-kitab dari al Kindi, Ibn Sina, al Farabi, Abu Qais dan lain-lain. Setelah Gerard van Cremona meninggal dunia dalam tahun 1187 M, tidak kurang dari 70-80 buku yang telah diterjemahkannya dari bahara Arab ke bahasa Latin sehingga (ia) mendapat gelaran Fathers of Arabism di Eropa.

***

Tapi setelah 800 tahun Islam berkuasa di Andalusia, Sultan Muhammad XII harus menyeberangi Selat Gibraltar dengan kepala tertunduk dan dada yang ditikam-tikam kesedihan.

Kerajaan menjadi neraka sebelum neraka yang sesungguhnya. Saling berebut tahta menjadi agenda paling besar para pembesar. Dan hal ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh musuh-musuh yang menghendaki khilafah Islam Andalusia bubar. Dan ketika pasukan Isabella dan Ferdinand datang menyerang, mengepung selama tujuh bulan, pembunuhan besar-besaran dilakukan, perlawanan hebat juga telah diberikan, tapi apa mau dikata, tubuh kepemimpinan umat sudah rapuh akibat saling seteru.

Dan ketika Islam dan kaum Muslimin dikalahkan, yang menjadi korban tak hanya manusia, tapi seluruh sisi peradaban. Seorang Kardinal memerintahkan pasukannya Spanyol mengumpulkan seluruh buku-buku tentang Islam dan semua yang berbau Arab untuk dibakar. Tidak saja yang terdapat dalam perpustakaan resmi milik pemerintahan, tapi juga milik pribadi yang tersebar di rumah-rumah. Jumlahnya diperkirakan lebih dari satu juta. Dikumpulkan di tengah lapangan kota Granada dan dimusnahkan dengan cara dibakar dengan diiringi upacara agama. Memusnahkan ilmu pengetahuan Islam, seperti menjadi bagian dari amal ibadah.

Seorang penyair Spanyol menuliskan puisi tentang detik-detik terakhir kepergian Sultan menuju tanah pengasingan:

tuvieron que abandonar muy a su pesar
los fastuosos salones y majestuosos jardines
de los palacios de la Alhambra
donde tanto goce terrenal habรญan disfrutado
durante varias bienaventuradas generaciones

raja harus pergi
meninggalkan dengan enggan
aula istana Alhambra yang megah dan taman-taman yang indah
di mana kenikmatan duniawi
telah diberkati berbilang generasi

Los dรฉbiles rayos del crepรบsculo,
procedentes del sol poniente
tras el horizonte que forman las colinas de Loja
apenas permitรญan discernir
detalles del paraรญso perdido

samar-sama senja sirna
dan matahari terbenam jua
cakrawala membentuk perbukitan Loja
raja hanya boleh menyaksikan
rincian surga yang mulai menghilang

Entah berapa kali sejarah sudah berulang dan mengajarkan tentang candu kekuasaan dan bahaya keserakahan. Jika keduanya bertemu dan bersatu, keburukan besar tak hanya akan menimpa individu. Tapi gelombang panjang kerusakan, akan terjadi menimpa semua lini kehidupan. Mudah-mudahan kita mampu belajar dan tak mengulang sejarah keburukan.

Kisah inspirasi ini ditulis oleh Ustadz Herry Nurdi yang ditulis oleh beliau dalam situsnya yang luar biasa, penerang.com
Kisah dan foto diambil dari situs http://penerang.com/2010/12/14/puerto-del-suspiro-del-moro-revisi/

Menalar Kisah Mereka yang Ingin Naik Haji

Kisah inspirasi ini ditulis, oleh ustadz Herry Nurdi. Kisah ini ia tulis dalam websitenya, di penerang.com dengan judul asli Semua Karena Sebab. Berikut kami sajikan untuk Anda...
***
Namanya Sukerti bin Saiman, dari Lombok Utara. Pada saya beliau bercerita, bahwa desanya adalah salah satu desa yang paling tertinggal baik dari sisi pembangunan maupun ekonomi sosial. Di desa yang paling tertinggal ini, Pak Sukerti, menurutnya, adalah penduduk paling miskin di antara 300 kepala keluarga. Dia hanya petani lahan kering, bertanam jagung, diselingi kacang atau yang lain.

Tak ada dalam bayangannya untuk bepergian jauh, yang harus mengeluarkan dana dan bekal besar. Tapi hari ini, di sini lah Pak Sukerti, menunaikan Thawaf dan Sai. Bersama jutaan manusia dari seluruh dunia, menunaikan ibadah haji. Bertasbih, bertahmid, bertakbir, memuja sang Ilahi.

Tak ada nalar yang bisa dibangun untuk mencerna ini. Sukerti bin Saiman mencatat sejarah sebagai orang pertama yang menunaikan rukun Islam kelima dari kampungnya. Tak ada orang yang percaya, tapi Allah sudah menciptakan sebab untuknya.

Dari Bandung, beberapa orang tunanetra juga menunaikan ibadah yang sama. Saling tuntun, saling jaga. Terbang dari tempat yang sungguh jauh, tak melihat terang, tapi di saat yang sama justru dilimpahi cahaya-Nya, insya Allah. Satu di antara mereka adalah Pak Hepi. Sejak mengayunkan langkah pertama kakinya dari pintu rumah, dia sudah membisikkan doa yang penuh pasrah dan iba. “Ya Allah, tak seperti para hujjaj yang lain, aku tak bisa melihat rumah-Mu yang Agung. Padahal sungguh aku ingin melihatnya. Aku hanya mampu melihat dengan cara meraba. Maka izinkan aku menyentuh dan meraba bangunan-Mu yang mulia,” demikian doa Pak Hepi.

Maka disinilah dia. Terseret-seret oleh gelombang manusia yang berthawaf dengan Kabah sebagai pusarannya. Terjungkal-jungkal, terdorong-dorong oleh kekuatan manusia yang bergulung-gulung besarnya. Terjatuh-jatuh, dua kali Pak Hepi tak berkuasa mengendalikan diri. Tapi ketika terbangun, tangannya telah meraba dinding Kabah. Subhanallah, Maha Suci Allah yang jika telah menghendaki sesuatu terjadi, maka dengan berbagai alasan akan terjadi. Tak ada sesuatu bisa menghalangi, meski alasan-alasan dan sebab sebagai syarat terjadinya sesuatu tak cukup terpenuhi dalam ukuran akal manusia yang lemah ini.

Pak Sukerti, Pak Hepi, termasuk saya adalah satu di antara ratusan orang lain dari seluruh dunia yang menunaikan ibadah haji atas undangan Rabitha Alam Islami. Satu dari sekian sebab yang dijadikan Allah untuk mengantar sesuatu bisa terjadi. Dia, Allah yang Maha Memiliki, tak pernah kehilangan alasan untuk menciptakan sebab-sebab kejadian. Dia tak pernah kehabisan cara untuk mewujudkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan manusia. Dan Dia, Allah yang Maha Kuasa, sungguh Maha Mampu menciptakan kausalitas yang tak pernah terbayang oleh manusia.

Maka, jangan pernah hilang harapan. Apapun asa dan hajat kita. Dan jika Dia mampu membuat sesuatu terjadi, beyond reason, maka Dia juga mampu menghentikan apapun yang terjadi juga beyond reason. Berdoalah, dan jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT. Dengan izin-Nya, dengan kuasa-Nya, Dia mampu mengantar kita untuk datang kerumah-Nya yang agung dan beruluk salam langsung di pusara baginda Rasul.

Pertanyaanya bukan tentang seberapa besar kemampuan kita, tapi tentang seberapa tinggi kemauan hati ini. Sehingga menggerakkan makhluk langit untuk berdoa dan membantu meringankan semua. Labaik ya Allah, kami akan datang memenuhi panggilan-Mu….

Mina, 19 November 2009
Kedah, 6 November 2010
-->
kisah dan gambar diambil dari http://penerang.com/2010/11/07/semua-karena-sebab/

Kisah Kakek dan Pencuri Pepaya

kisah inspirasi .com ~ Saya ingin mengawali renungan kita kali ini dengan mengingatkan pada salah satu kisah kehidupan yang mungkin banyak tercecer di depan mata kita. Cerita ini tentang seorang kakek yang sederhana, hidup sebagai orang kampung yang bersahaja. Suatu sore, ia mendapati pohon pepaya di depan rumahnya telah berbuah. Walaupun hanya dua buah namun telah menguning dan siap dipanen. Ia berencana memetik buah itu di keesokan hari. Namun, tatkala pagi tiba, ia mendapati satu buah pepayanya hilang dicuri orang.

kisah inspirasi kakek dan pencuri pepaya
Kakek itu begitu bersedih, hingga istrinya merasa heran. “masak hanya karena sebuah pepaya saja engkau demikian murung” ujar sang istri.

“bukan itu yang aku sedihkan” jawab sang kakek, “aku kepikiran, betapa sulitnya orang itu mengambil pepaya kita. Ia harus sembunyi-sembunyi di tengah malam agar tidak ketahuan orang. Belum lagi mesti memanjatnya dengan susah payah untuk bisa memetiknya..”

“dari itu Bune” lanjut sang kakek, “saya akan pinjam tangga dan saya taruh di bawah pohon pepaya kita, mudah-mudahan ia datang kembali malam ini dan tidak akan kesulitan lagi mengambil yang satunya”.
Namun saat pagi kembali hadir, ia mendapati pepaya yang tinggal sebuah itu tetap ada beserta tangganya tanpa bergeser sedikitpun. Ia mencoba bersabar, dan berharap pencuri itu akan muncul lagi di malam ini. Namun di pagi berikutnya, tetap saja buah pepaya itu masih di tempatnya.

Di sore harinya, sang kakek kedatangan seorang tamu yang menenteng duah buah pepaya besar di tangannya. Ia belum pernah mengenal si tamu tersebut. Singkat cerita, setelah berbincang lama, saat hendak pamitan tamu itu dengan amat menyesal mengaku bahwa ialah yang telah mencuri pepayanya.

“Sebenarnya” kata sang tamu, “di malam berikutnya saya ingin mencuri buah pepaya yang tersisa. Namun saat saya menemukan ada tangga di sana, saya tersadarkan dan sejak itu saya bertekad untuk tidak mencuri lagi. Untuk itu, saya kembalikan pepaya Anda dan untuk menebus kesalahan saya, saya hadiahkan pepaya yang baru saya beli di pasar untuk Anda”.

Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas, adalah tentang keikhlasan, kesabaran, kebajikan dan cara pandang positif terhadap kehidupan.

Mampukah kita tetap bersikap positif saat kita kehilangan sesuatu yang kita cintai dengan ikhlas mencari sisi baiknya serta melupakan sakitnya suatu “musibah”?

"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta."
Kisah inspirasi diatas dikutip dari khutbah yang ditulis oleh ustadz Saiful Amien. Diambil dari http://malang.muhammadiyah.or.id/muhfile/malang/file/artikel/Mengakhlaqkan%20Cara%20Pandang.doc Gambar pohon pepaya dari http://mahaguru58.multiply.com/journal
-->

Jendela Kereta Api

Hari itu, di kereta api terdapat seorang pemuda bersama ayahnya. Pemuda itu berusia 24 tahun, sudah cukup dewasa tentu.

Di dalam kereta, pemuda itu memandang keluar jendela kereta, lalu berkata pada Ayahnya.
"Ayah lihat, pohon-pohon itu sedang berlarian"

Sepasang anak muda duduk berdekatan. Keduanya melihat pemuda 24 tahun tadi dengan kasihan. Bagaimana tidak, untuk seukuran usianya, kelakuan pemuda itu tampak begitu kekanakan.

Namun seolah tak peduli, si pemuda tadi tiba-tiba berkata lagi dengan antusiasny,
"Ayah lihatlah, awan itu sepertinya sedang mengikut kita!"

Kedua pasangan muda itu tampak tak sabar, lalu berkata kepada sang Ayah dari pemuda itu.
"Kenapa ANda tidak membawa putra Anda itu ke seorang dokter yang bagus?

Sang Ayah hanya tersenyum, lalu berkata. "Sudah saya bawa, dan sebenarnya kami ini baru saja dari rumah sakit. Anak saya ini sebelumnya buta semenjak kecil, dan ia baru mendapatkan penglihatannya hari ini"

Sahabat, setiap manusia di planet ini memiliki ceritanya masing-masing. Jangan langsung kita men-judge seseorang sebelum kita mengenalnya benar. Karena kebenaran boleh jadi mengejutkan kita. Selalu berprasangka baik kepada setiap orang, karena itu yang diajarkan nabimu, dan itulah cara yang baik untuk hidup...

Apakah Anda punya kisah yang mirip dengan cerita diatas? mari dibagi...
Klik like/share jika Anda suka :)

cerita diterjemahkan dari islamicthinking.tumblr.com , gambar dari kuncitransformasi.blogspot.com

Kisah Inspirasi : Jawaban Elegan dari Tukang Bakso

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita รข€“ cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".

diposkan oleh syaskastupnya di kaskus http://livebeta.kaskus.co.id/post/000000000000000460001231#post000000000000000460001231
gambar dari http://agsfood.blogspot.com/2008/09/bakso-tenis.html

Gratis Sepanjang Masa

Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek. Ia pun membaca tulisan itu dan inilah isinya:

Untuk memotong rumput Rp. 5000
Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini Rp. 5000
Untuk pergi ke toko disuruh ibu Rp. 3000
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja Rp. 5000
Untuk membuang sampah Rp. 1000
Untuk nilai yang bagus Rp. 3000
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 3000
Jadi jumlah utang ibu adalah Rp. 25000

Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu. Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia tuliskan:

Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis
Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis
Untuk membawamu ke dokter dan mengobati saat kamu sakit, serta mendoakan kamu, gratis
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis
Kalau dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis

 Anakku… dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
Akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS
Seusai membaca apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah ibunya, dan berkata: “Bu, aku sayang sekali sama ibu” ia kemudian mendekap ibunya. Sang ibu tersenyum sambil mencium rambut buah hatinya.”Ibupun sayang kamu nak” kata sang ibu.
Kemudian sang anak mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar sambil diperhatikan sang ibu: “LUNAS”
***
Sahabat, seberapapun jasa yang tlah kita berikan kepada ibu, seberapapun uang yang kita dapatkan dan kita berikan kepada ibu, atau seberapapun liter keringat kerja yang kita kumpulkan untuk ibu, tidak akan dapat mengganti kasih sayang seorang ibu.Kasih ibu sepanjang masa. dapatkah kita menukar kasih sayang ibu itu dengan materi? menukar dengan bilangan angka?atau menukar dengan rangkaian kata terima kasih? Tidak sahabat, sama sekali tidak bisa. Oleh karenanya sahabatqu, Berbuat baiklah kepadanya, sayangilah beliau, cintailah beliau, dan doakanlah beliau….

Sumber : resensi.net
diambil dari http://daffamarceno.wordpress.com/tag/cerita-motivasi/page/6/
gambar dari http://www.blogher.com/step-mama-drama

Panjang Tangan dan Sedekah

Dalam suatu riwayat Aisyah pernah berkisah, bahwa suatu waktu setelahkematian Nabi SAW, para istrinya berkumpul pada suatu rumah salah satu diantaranya. Lalu mereka mengukur tangan-tangan mereka di tembok untuk mencari tangan mana yang terpanjang. Aktivitas ini sering dilakukan mereka, sampai meninggalnya Zainab binti Jahsy.

Apa sebab hal ini dilakukan oleh para istri Nabi SAW? Ternyata, suatu waktu Rasulullah SAW pernah bersabda seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim,

"Bahwa yang paling cepat menyusul diriku dari kalian (istri-istriku) adalah yang paling pajang tangannya."
Yang paling cepat menyusul Rasulullah SAW adalah Zainab binti Jahsy. Sementara Zainab memiliki tangan yang pendek dan bukan yang terpanjang bila dibandingkan dengan istri Nabi SAW lainnya.

Mengapa Zainab? Menurut Aisyah dinukil dari hadits yang sama, karena Zainab bekerja dengan tangannya sendiri dan selalu bersedekah. Bahkan pada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh ath-Thbarani dalam al-Ausath disebutkan bahwa Zainab radhiallhu 'anha merajut pakaian kemudian memberikannya kepada pasukan Nabi SAW. Para pasukan Nabi SAW menjahit serta memanfaatkannya pada saat peperangan.

Akhirnya para istri Nabi SAW pun mengetahui maksud Nabi SAW mengenai apa yang disebutnya dengan "panjang tangan", yakni suka bersedekah. Dan Zainab-lah ang dimaksud dalam hadits tersebut.
Wallahu'alam.

Oleh Diyah Kusumawardhani,
dimuat dalam Majalah Sabili edisi 23 tahun XVIII Agustus 2011

Takut Itu Wajar

Perang Mu’tah, adalah perang yang secara rasio tak akan membuat manusia optimis apalagi yakin dengan kemenangan yang dijanjikan. Bayangkan saya, jumlah pasukan Romawi yang berkumpul pada hari itu lebih dari 200.000 tentara, lengkap dengan baju perang yang gagah, panji-panji dari kain sutra, senjata-senjata yang perkasa, lalu dengan kuda-kuda yang juga siap dipacu.

Abu Hurairah bersaksi atas perang ini. ”Aku menyaksikan Perang Mu’tah. Ketika kami berdekatan dengan orang-orang musyrik. Kami melihat pemandangan yang tiada bandingnya. Jumlah pasukan dan senjatanya, kuda dan kain sutra, juga emas. Sehingga mataku terasa silau,” ujar Abu Hurairah.

kisah-kisah inspirasi terbaik
Sebelum melihatnya, pasukan para sahabat yang hanya berjumlah 3.000 orang-orang beriman, sudah mendengar kabar tentang besarnya pasukan lawan. Sampai-sampai mereka mengajukan berbagai pendapat, untuk memikirkan jalan keluar. Ada yang berpendapat agar pasukan Islam mengirimkan surat kepada Rasulullah saw, mengabarkan jumlah musuh yang dihadapi dan berharap kiriman bala bantuan lagi. Banyak sekali usulan yang mengemuka, sampai kemudian Abdullah ibnu Rawahah yang diangkap sebagai panglima pertama berkata di depan pasukan.

”Demi Allah, apa yang kalian takutkan? Sesungguhnya apa yang kalian takutkan adalah alasan kalian keluar dari pintu rumah, yakni gugur sebagai syahid di jalan Allah. Kita memerangi mereka bukan karena jumlahnya, bukan karena kekuatannya. Majulah ke medan perang, karena hanya ada dua kemungkinan yang sama baiknya, menang atau syahid!”

Pidato perang yang singkat, tapi sangat menggetarkan. Seperti yang kita tahu dalam sejarah, sebelum berangkat Rasulullah berpesan pada pasukan. Jika Zaid bin Haritsah terkena musibah, maka panglima akan diserahkan kepada Ja’far bin Abi Thalib. Dan jika Ja’far bin Abi Thalib juga terkena musibah, maka Abdullah ibnu Rawahah yang menggantikannya.

Mahasuci Allah dengan segala tanda-tanda-Nya. Perkataan Rasulullah benar terbukti, sebagai salah satu tanda-tanda kebesaran Allah. Zaid bin Haritsah syahid dalam peperangan ini. Kemudian panji-panji Rasulullah dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Panglima pasukan kaum Muslimin ini menunggangi kuda yang berambut pirang, bertempur dengan gagah. Di tengah-tengah peperangan ia bersenandung riang:

Duhai dekatnya surga

Harum dan dingin minumannya

Orang Romawi telah dekat dengan azabnya

Mereka kafir dan jauh nasabnya

Jika bertemu, aku harus membunuhnya

Dalam situasi perang, sungguh tak banyak pilihan. Menjadi yang terbunuh atau menjadi yang bertahan. Maka tentu saja senandung Ja’far ra berbunyi demikian. Tangan kanan Ja’far terputus karena tebasan pedang ketika mempertahankan panji pasukan. Kini tangan kirinya yang memegang. Tangan kirinya pun terbabat pula oleh tebasan. Sehingga panji-panji Islam dipegangnya dengan lengan atasnya yang tersisa hingga Ja’far ditakdirkan menemui syahidnya.

Ibnu Umar ra bersaksi, ”Aku sempat mengamati tubuh Ja’far yang terbujur pada hari itu. Aku menghitung ada 50 luka tikaman dan sabetan pedang yang semuanya ada dibagian depan dan tak satupun luka berada di bagian belakang.” Semoga Allah membalasnya dengan sayap yang kelak akan membuatnya terbang kemanapun dia suka.

Kini tiba giliran Abdullah ibnu Rawahah tampil ke depan untuk mengambil tanggung jawab, memimpin pasukan dan mengangkat panji-panji Islam. Ada kegundahan dalam hati dan pikirannya, karenanya Ibnu Rawahah memompa sendiri keberanian di dalam hatinya:

Aku bersumpah wahai jiwaku, turunlah!

Kamu harus turun atau kamu akan dipaksa

Bila manusia bersemangat dan bersuara

Mengapa aku melihatmu enggan terhadap surga

Dalam kalimat-kalimat syairnya di tengah laga, tergambar bahwa ada kegalauan dalam jiwa Abdullah ibnu Rawahah. Tentu saja hanya Allah yang Mengetahui. Apalagi dua sahabatnya, telah pergi mendahului. Melihat dua jasad mulia sahabatnya, Abdullah ibnu Rawahah kembali berkata:

Wahai jiwaku

Jika tidak terbunuh kamu juga pasti mati

Ini adalah takdir kan telah kau hadapi

Jika kamu bernasib seperti mereka berdua

Berarti kamu mendapat hidayah

Lalu kemudian, Abdullah ibnu Rawahah juga bertemu dengan syahidnya. Ini memang kisah tentang perang. Tapi sesungguhnya hikmah dan teladan yang ada di dalamnya, bermanfaat dalam semua peristiwa kehidupan. Dalam perang, tak ada sikap yang bisa disembunyikan. Pemberani, ketakutan, risau dan kegalauan, cerdik dan penuh akal, atau orang-orang yang selalu menghindar. Semua terlihat nyata. Tak ada yang bisa disembunyikan!

Takut, risau dan galau, sungguh adalah perasaan wajar yang muncul karena fitrah. Dalam sebuah periode kehidupan, kita seringkali merasakannya. Meski begitu, bukan pula alasan kita menghindar dari sesuatu yang harus kita taklukkan karena rasa takut, risau dan galau yang lebih menang. Kemudian kita mencari-cari alasan dengan menyebutnya dengan dalih strategi dan langkah pintar. Menunduk untuk menanduk, atau yang lainnya.

Gunung-gunung harus didaki, laut dan samudera harus diseberangi, lembah dan ngarai harus dijelajahi. Tantangan hidup harus ditaklukan bukan dihindari. Dan tujuan besar hidup kita sebagai seorang Muslim adalah menegakkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan.

Berbuat kebaikan dan mencegah manusia dari kemunkaran, harus dilakukan, betapapun pahitnya balasan yang akan didapatkan. Ketakutan, risau dan galau akan selalu datang. Tapi berkali-kali pula kita harus mampu mengalahkan mereka dan berkata pada diri sendiri. Meniru ulang apa yang dikatakan sahabat Abdullah ibnu Rawahah dengan gagah pada hati dan akalnya, ”Apakah engkau enggan pada nikmat Allah yang Maha Tinggi?!” Wallahu a’lam bi shawab.

Kisah inspirasi ini ditulis oleh ustadz Herry Nurdi dalam situs beliau yang luar biasa di http://www.penerang.com
kisah dan foto diambil dari situs http://penerang.com/2010/10/12/takut-itu-wajar/